Rahim Pengganti

Bab 139 "Akhir Bahagia"



Bab 139 "Akhir Bahagia"

0Bab 139     
0

Akhir Bahagia.     

"Loh kenapa tiba tiba bilang gitu?" tanya bunda Iren.     

"Iya karena sebentar lagi, Oma cantik akan punya adik bayi, Onty juga. Nah kakak kapan, bunda kapan perutnya besar besar gitu. Kakak mau punya adik bayi lagi," ungkap Melody. Bunda Iren sudah menahan tawa mendengar ucapan sang cucu, sedangkan Bian sudah memasang wajah begitu bahagia. Karena dirinya sudah sejak lama, ingin menahan satu anak lagi namun, Carissa bilang nanti setelah Melody lebih mengerti dan Ryu sudah cukup besar.     

"Kakak minta sama Allah, karena semuanya adalah atas izin Allah."     

"Siap bunda. Ya Allah semoga kakak di kasih adik, tapi adiknya boleh cewek ya, atau cowok juga gak apa apa. Tapi adiknya kembar juga boleh ya Allah, seperti adiknya Jasmine. Aamiin," ucap Melody. Mendengar hal itu sontak saja membuat, semua orang di sana menatap tidak percaya dengan ucapan yang di dengar oleh mereka dari seorang anak kecil yang berusia sebentar lagi 5 tahun itu.     

***     

Suara berisik di meja makan sudah menjadi makanan sehari hari untuk Carissa, hal tersebut sudah terjadi setiap kali anak anak nya akan pergi ke sekolah. Beginilah memiliki anak yang sudah beranjak sekolah, maka mereka akan saling ribut satu dengan lainnya seperti mereka.     

"Bunda kakak sama Abang jahil banget," pekik Gina anak yang berusia 6 tahun itu. Carissa hanya bisa diam dan geleng geleng kepala melihat ketiga anak nya yang selalu saja saling jahil.     

Saat Ryu berusia tiga tahun, adiknya lahir seorang adik perempuan yang diinginkan oleh Melody, bahkan saat Gina Gauri Satriawan lahir Melody begitu posesif namun, semakin bertambahnya usia semakin tingkat jahilnya bertambah.     

"Bunda … bisa request adik gak sih. Gina berisik banget," gerutu Ryu. Anak laki laki satu satunya di keluarga ini, memang tidak suka dengan adanya keberisikan Ryu lebih menyukai kedamaian dan ketenangan. Hal itu juga yang sering membuat Gina jadi kesal dengan abangnya itu. Dan akan menimbulkan kekacauan seperti pagi ini. "Bisa kok," ucap seseorang ketiga anak itu seketika langsung menoleh ke belakang dimana sang ayah baru saja turun dari atas, karisma Bian semakin tua semakin menjadi pria itu semakin terlihat tampan dan berwibawa membuat orang terkadang salah kaprah dengan usianya. Bahkan beberapa orang tidak mempercayai jika Bian sudah memiliki anak tiga di usia yang masih terlihat muda bagi mereka.     

"Gak usah aneh aneh ya Mas, udah tua juga," sahut Carissa sambil membawa makanan yang sudah dirinya masak ke atas meja.     

"Loh Abang mau request adik, bisa nanti ya tunggu bunda hamil lagi, ayah yakin adiknya sesuai keinginan Abang," ucap Bian.     

"NO," teriak ketiga anak kecil itu. Ketiganya tidak mau memiliki adik lagi, terutama Gina anak itu seketika langsung protes kepada sang ayah.     

"Gina gak mau punya adik lagi ayah, Gina mau jadi anak bungsu titik gak ada koma," seru Gina. Ryu dan juga Melody saling menganggukkan kepalanya, keduanya setuju dengan ucapan Gina, apalagi Ryu dirinya tidak mau memiliki adik lagi yang sama seperti Gina, anak kecil yang berisik dan selalu bikin naik darah.     

"Maksudnya Abang request itu, adik kayak Sekar. Baik gak banyak ulah, cewek banget. Bukan seperti Gina, suaranya udah ngalahin toa masjid," ucap Ryu.     

Gina langsung memajukan mulutnya, anak itu tidak suka dengan apa yang diucapkan oleh Ryu. Carissa yang melihat putri bungsunya itu sudah mau meneteskan air matanya segera memberikan kode kepada anak laki lakinya. Ryu memutar manik matanya, malas melihat drama yang di tampilkan oleh adik bungsunya itu.     

"Gak usah drama deh, Abang minta maaf," ucap Ryu.     

Ryu bukan tipe orang yang bertele tele, anak laki laki Bian dan Carissa itu tidak suka dengan hal seperti Gina yang selalu menangis dan menangis menjadikan air mata sebagai alasan. Anak laki laki itu sangat berbeda dengan kedua saudaranya terlebih sikap yang ada di Ryu selalu bertolak belakang dengan Gina, sehingga membuat kedua anak itu selalu saja ada masalah dan bertengkar sewajarnya.     

"Ayo kakak, Abang, adik di makan sarapan nya terus kita ke rumah Oma," ujar Cariss. Ketiganya begitu semangat apalagi Gina, karena bunda Iren selalu memanjakan anak bungsu Bian dan Carissa, kalau Bian selalu tidak mau menyebut Gina anak bungsu, pria itu masih ingin memiliki banyak anak itulah kenapa rumah yang mereka tempati sudah di rombak kesekian kalinya. Saat ini bunda Iren tinggal bersama dengan, Siska dan Elang hal itu terjadi karena Sekar anak mereka tidak ada yang jaga, serta Siska dan Elang yang masih harus mengurus bisnis dengan sendirinya.     

Sekaligus sebagai hiburan bunda Iren, karena usia yang sudah tidak muda lagi membuat Bian melarang bunda Iren ke panti asuhan yang saat ini sudah diambil alih oleh Bunga istri Alan. Kedua pasangan itu, hingga detik ini belum juga memiliki anak padahal keduanya sama sama sehat namun, Tuhan berkata lain keduanya masih harus di uji dengan kehadiran anak di antara mereka.     

"Mas … kamu beneran, kan gak ada kerjaan? Beneran hari ini gak sibuk dengan tablet," ucap Carissa.     

"Ayah itu sulit Bun, kalau gak kerja. Jadi gak akan mungkin deh," sahut Melody.     

Ketiga anak mereka sudah tahu, bagaimana kebiasaan Bian yang selalu sibuk dengan tabletnya dan urusan bisnis yang memang semakin berkembang. Apa lagi dengan perusahan yang dikelola oleh Ikram semakin bertumbuh dengan pesat.     

Bian juga sudah mengenalkan banyak hal kepada Ryu di usia anak itu yang masih terbilang kecil namun, hal itu dilakukan Bian supaya bisa membuat anak anaknya terutama Ryu tahu bagaimana perjuangan sang ayah dalam membangun bisnis keluarga hingga sebesar saat ini.     

"Tenang saja, hari ini ayah benar benar free, seminggu kemarin ayah sudah menyelesaikan semuanya. Karena tahu hari ini kita akan ke rumah Oma, untuk family time."     

"Ye ye ye," ucap Gina senang.     

Mereka lalu melanjutkan sarapannya dalam kondisi diam, hanya sesekali terdengar suara Melody dan Gina yang sering membahas mengenai banyak hal keduanya benar benar sangat dekat, terlihat sangat jelas kalau mereka saling mencintai satu dengan lainnya. Ryu juga sama, anak laki laki itu begitu peduli dengan kakak dan adiknya hanya saja, Ryu tidak pernah mau menunjukkan hal itu, anak kecil itu selalu saja bersikap biasa saja padahal Carissa tahu bagaimana pedulinya Ryu terhadap Melody ataupun Gina.     

***     

Carissa berada di dapur, wanita itu sedang membuat puding untuk anak dan keponakannya nanti di rumah Siska. Hari ini adalah jadwal keluarga mereka untuk berkunjung dan menginap, hal itu sudah terjadi sejak Gina lahir. Untuk membuat anak anak mereka semakin dekat, satu dengan lainnya.     

Kegiatan seperti ini, terjalin satu bulan sekali, bulan lalu bertepatan dengan ulang tahun Ryu sehingga mereka semua menghabiskan waktu di villa Bian di puncak, kali ini jatah rumah Siska.     

"Bunda … bunda, di panggil ayah," ucap Gina. Anak itu tak pernah lepas membawa boneka tedy bear yang sejak kecil selalu bersama dengannya. Carissa mengerutkan dahinya untuk apa sang suami memanggilnya. Bukankah tadi Bian baru saja, ada di dapur. "Mbak Susi tolong di masukan ke dalam tempat tempatnya ya, saya mau ke atas dulu ini Mas Bian kenapa manggil deh."     

"Siap ibu," jawab Susi.     

Carissa melihat Melody dan Ryu sedang berkumpul di ruang keluarga di susul oleh Gina, ketiganya jika seperti ini terlihat begitu kompak dan hal itu benar benar membuat Carisaa begitu bahagia. Wanita itu segera melangkahkan kakinya menuju kamar, suara pintu terbuka bersamaan dengan pintu kamar mandi yang juga terbuka. Di sana ada Bian yang keluar dengan senyum yang mengembang.     

Bian berjalan mendekati istrinya itu, hingga tangannya meraih kunci kamar mereka, dan mulai menguncinya.     

"Kenapa dikunci mas!" protes Carissa. Bian hanya tersenyum genit ke arah istrinya, pria itu akan menikmati waktu singkat ini sebelum ketiga anaknya bosan menunggu. Jarak antara keduanya, semakin dekat hingga terdengar dengan sangat jelas deburan napas dari keduanya. "I want you," bisik Bian. Seketika darah di dalam tubuh Carissa naik hawa kamar ini menjadi sangat panas. Bibir keduanya menyatu, lumatan demi lumatan diberikan oleh Bian. Selama satu Minggu ini Bian terlalu sibuk dengan semua kegiatannya, hingga hanya waktu untuk berdua saja tidak tidak ada sehingga di pagi hari menjelang siang, sebelum keduanya pergi Bian akan menuntaskan kerinduan mereka.     

Carissa melepaskan ciumannya, membuat Bian menatap aneh ke arah istrinya.     

"Kita gak ada waktu Mas. Ini harus pergi ke rumah Siska. Jangan aneh aneh deh Mas," jelas Carissa. Wanita tahu, bagaimana suaminya itu, dan hal seperti ini pasti akan lama. Bian lalu menjelaskan bahwa mereka hanya akan sebentar tapi, Carissa tidak percaya hingga akhirnya suara ketukan dari luar membuat semua rencana Bian gagal.     

"Bunda!!!" teriak Gina. Carissa tersenyum dengan begitu senangnya. "Udah kita pergi, masih mending pas gini bajunya lengkap kalau gak gimana? Anak kamu itu selalu datang di saat tidak tepat Mas," ucap Carissa lalu berjalan ke arah pintu. Bian hanya bisa menghela napasnya berat, sudah tidak ada harapan baginya lagi semua kacau.     

Raut wajah Bian hanya datar, melihat hal itu membuat Carissa hanya bisa tersenyum suaminya itu memang selalu seperti ini, sama dengan Melody dan Gina jika tidak mendapatkan keinginan namun, meskipun seperti itu Bian tetap suami dan ayah yang paling terbaik.     

"Bund!!" panggil Bian. Carissa yang duduk di kursi belakang langsung sedikit mendekat. "Ayah butuh apa?" tanya Carissa.     

"Kita gak mampir ke toko kue? Atau cemilan buat anak anak." Mendengar hal itu langsung membuat Melody yang duduk di belakang seketika bersemangat. Carissa lalu menyampaikan kepada suaminya untuk mampir ke toko kue langganan mereka.     

***     

Setelah menempuh perjalanan sekitar empat puluh lima menit akhir nya mereka sampai di rumah Siska dan Elang, rumah yang terlihat sangat sederhana tapi saat masuk sungguh berbeda. Di depan rumah tersebut sudah ada tiga mobil yang terparkir dengan rapi, bukan hanya mobil Elang yang ada di sana, sepertinya kedua temannya juga ikut ngumpul hari ini.     

"Mas Jodi dan Mas Rian juga datang Yah?" tanya Carissa. Bian mengangkat bahunya pertanda tidak tahu, dengan apa yang ditanyakan oleh istrinya itu. Saat mobil sudah terparkir dengan rapi, ketiga anak nya segera turun dan masuk ke dalam rumah sedangkan Bian dan Carissa masih menyiapkan barang barang mereka. Menginap hanya satu malam tapi perlengkapan begitu banyak seperti akan pindah, memiliki tiga orang anak yang mempunyai banyak hal membuat Carissa harus siap dengan semuanya. Apalagi Ryu yang sulit di tempat baru, padahal mereka sudah sering seperti ini bahkan jika menginap di hotel saja harus suasananya nyaman baru Ryu bisa tidur atau beristirahat.     

"Weh beda yang punya anak banyak, bisa datang terlambat," sindir Jodi. Bian hanya menatap datar ke arah temannya itu sedangkan Carissa hanya tersenyum biasa saja. Di ruang tamu saat ini sedang berkumpul para papa muda yang semakin tua semakin berkharisma, sedangkan para istri ada di dapur. Jangan tanya di mana anak anak, sudah bisa di pastikan bahwa mereka ada di taman belakang, yang di bangun oleh Elang cukup luas agar anak anaknya bisa bermain di tempat tersebut.     

"Muka di tekuk amat Bian, kenapa? Gak dapat jatah ya sama dong kek Andrian," ledek Jodi. Pria itu terus saja mengejek Bian, sedangkan Elang yang saat ini memangku Bagas hanya tersenyum tipis.     

"Bagas kenapa di sini? Tumben gak bareng sama yang lain mainnya?" tanya Bian.     

"Lagi berantem sama kakaknya, tadi mau ikut Sekar main tapi sih kakak gak izinin jadinya ngambek minta gendong Maminya tapi Siska lagi masak jadi disinilah dia," jelas Elang. Bagas menoleh ke arah pak de nya itu, laku turun dari pangkuan sang Papi dan berjalan ke arah Bian.     

Bian yang mengerti langsung, mengangkat Bagas duduk pangkuannya.     

"Pakde!!" panggil Bagas. Jika sudah seperti ini, maka bisa di pastikan akan banyak permintaan Bagas. Anak itu tahu, jika dengan Pakde atau Bude nya tidak akan pernah ada kata 'tidak' seperti yang sering Maminya ucapkan. Namun, meskipun seperti itu, Bian dan Carissa pasti memberikan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh keponakannya itu.     

"Apa nak? Bagas mau apa?" tanya Bian.     

"Mau ke rumah pakde aja boleh? Menginap di sana, main sama Abang Ryu disini kakak Sekar jahat, gak suka main sama aku," ucapnya. Dengan penuh drama, jika di rumah Bian dan Carissa ada Melody yang sangat pintar dalam drama, maka di sini ada Bagas yang sikapnya sama dengan Melody.     

Versi cewek ada Melody maka versi cowoknya ada Bagas, keduanya sangat mirip bahkan tanggal lahirnya juga sama membuat keduanya sudah seperti saudara kembar yang berbeda tahun lahir.     

"Nanti kangen sama Mami gimana? Emang Bagas udah berani tidur sendiri? Di rumah pakde semuanya tidur sendiri loh," ucap Bian. Bagas terdiam, anak kecil itu sedikit menimbang apa yang diucapkan oleh Bian. Hingga para istri mereka datang ke tempat tersebut sembari membawa makanan ringan dan juga minuman.     

"Mesranya sama pakde. Ada apa ini, mau minta apaan sih, nak dengan pakde," ujar Siska. Bagas lalu memeluk leher Bian, hal itu membuat Siska menoleh ke arah suaminya meminta penjelasan. "Biasa, lagi ngambek sama kakak. Jadinya mau nginep di rumah pakde."     

"Adik mau tidur di rumah pakde? Emang bisa tidur sendirian?" tanya Siska. Mendengar hal itu membuat Bagas semakin mengeratkan pelukannya di leher Bian, dan membuat semua orang yang ada di sana hanya bisa geleng geleng kepalanya.     

***     

Sore harinya, semua anaknya berenang di kolam yang juga sengaja di bangun sangat luas sehingga bisa menampung banyak orang. Para istri duduk di atas sedangkan suami masing masing bermain dengan anak anak mereka di air. Carissa duduk mendekati bunda Iren yang sedang bersama dengan Ryu.     

"Abang gak ikut berenang dengan semuanya?" tanya Carissa lalu duduk di samping kiri anaknya. Ryu hanya menjawab dengan gelengkan kepalanya. "Kenapa nak?" tanya Carissa lagi. Ryu menoleh ke arah sang bunda lalu kembali menatap ke arah depan. "Mau disini aja, sama Oma. Biarin mereka semua main, Ryu gak suka main sama anak anak kecil," ujarnya. Mendengar hal itu membuat Carissa dan bunda Iren saling menatap satu dengan lainnya, sungguh Ryu memang berbeda dengan anak seusianya.     

"Bunda boleh duduk disini bareng Abang sama Oma?" tanya Carissa. Ryu langsung menganggukkan kepalanya, mereka lalu melihat ke arah semuanya yang bermain di sana, Ayu dan Yuni bersama dengan Siska duduk di pojokan sambil memperhatikan anak anak mereka begitu juga dengan Carissa.     

"Bunda sangat bahagia sekali nak," ucap bunda Iren. Carissa menoleh ke arah sang bunda. "Harus dong, bunda harus selalu bahagia karena ada kami di sini, bersama bunda selalu," balas Carissa.     

"Oma jangan sedih sedih ya, Abang akan selalu bahagiakan bunda dan Oma. Karena kalian adalah wanita terbaik di hidup Abang, kalian pelangi indah untuk Abang," ucap Ryu. Sungguh Carissa dan juga Bunda Iren sangat terharu mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Ryu, anak itu memang sangat jarang berbicara namun, sekalinya bicara kata kata yang dilontarkan selalu bikin bahagia. Bian yang sedang bermain dengan anak gadisnya menoleh ke arah sang istri yang terus memeluk anak laki lakinya itu, begitu juga saat menatap ke arah sang bunda yang meneteskan air mata semakin membuat Bian penasaran dengan apa yang dibicarakan oleh mereka.     

Setelah cukup lama mereka bermain air, para anak anak langsung di ajak untuk berganti pakaian supaya tidak kedinginan, saat Carissa akan mengajak kedua putrinya tangan Carissa di tahan oleh Bian.     

"Kenapa Mas?" tanya Carissa.     

"Kakak sama adik, ke kamar duluan ya. Minta tolong sama mbak Susi ya, ayah sama bunda mau ngomong sebentar," ucap Bian. Mendengar perintah tersebut, membuat keduanya langsung menuju dalam sedangkan mereka berdua pergi ke arah samping kolam, duduk di sana. Dari arah dalam sangat tertutup, sehingga tidak ada yang bisa melihat apa yang terjadi. Tempat itu sengaja dibuat oleh Elang seperti itu supaya jika mereka sedang bermesraan kedua anaknya tidak ada yang tahu.     

Keduanya duduk di tempat tersebut, Bian mengajak istrinya itu di samping kolam renang tempat dimana sering digunakan Elang dan Siska bermadu kasih.     

"Kamu kenapa tadi nangis?" tanya Bian. Carissa tersenyum, wanita itu sudah tahu apa yang akan dibicarakan oleh sang suami, apalagi ketika melihatnya meneteskan air mata maka Bian akan sangat overprotektif untuk hal itu. "Anak kamu, bikin aku terharu banget Mas," ucap Carissa.     

"Kenapa gitu?" tanya Bian. Carissa lalu menjelaskan semuanya, kenapa dirinya bisa terharu dengan begitu dalam dengan perkataan yang diucapkan oleh Ryu, sehingga mampu membuat Carissa dan bunda Iren meneteskan air mata mereka. Bian lalu tersenyum, mendengar apa yang menjadi alasan kenapa air mata itu menetes di mata istrinya.     

Keduanya duduk di sana berdua saja, sambil berpelukan. Menikmati langit sore yang sudah akan menjadi gelap. Kenyaman, kebahagian, semua menjadi satu hari ini, keduanya bahkan tidak pernah menyangka akan sampai di titik ini, dimana mereka bisa melewati semuanya bersama sama dengan cinta dan perasaan yang begitu besar. Bian menatap ke arah Carissa begitu juga dengan Carissa senyum di bibir indah masing masing dari kedua nya terbit, hal itu membuat sebuah getaran aneh masuk ke dalam tubuh Carissa. Hingga kedua bibir itu saling menyatu, membelit dan mengecap dengan sempurna. Lumatan demi lumatan kecil diberikan oleh Bian, ciuman manis yang pelan pelan hingga tangga Bian tidak berhenti disitu saja pria itu menuntut istrinya untuk duduk di pangkuannya tanpa melepaskan ciuman mereka.     

"Mas!!" desah Carissa saat merasakan tangan Bian meremas sangat kuat kedua bukit kembar milik Carissa yang semakin lama, semakin membuat Bian tidak pernah bisa melewatkannya. Bibir itu juga sudah, berjalan ke arah leher hingga akhirnya hingga ke salah satu bukit kembar Carissa di hisapnya dengan sang kuat. Desahan demi desahan terdengar sangat kuat membuat Carissa mencoba menutup mulutnya.     

Bian lalu, menggendong Carisaa masuk ke dalam kamar yang ada di pinggir kolam. Kamar yang memang menjadi tempat rahasia Elang atau Siska. Namun, keduanya lebih suka bermain di tempat tersebut dengan sensasi yang berbeda.     

***     

Makan malam kali ini sedikit berbeda, karena tiba tiba kedatangan Ikram Abang angkat Carissa bersama dengan seorang wanita yang tak asing dilihat oleh Carissa. Hanya saja, Caca tidak berani bertanya duluan, takut dirinya salah orang.     

Para orang dewasa setelah makan malam duduk di ruang tamu sambil bercerita dan menghabiskan waktu mereka bersama, sedangkan anak anak ada di ruangan bersama bunda Iren dan juga Ayu serta Yuni, kedua wanita itu masih sangat malu malu jika berkumpul bersama dengan mereka. Padahal Andrian dan Jodi sudah pernah mengatakan bahwa tidak perlu bersikap seperti saat ini.     

"Udeh kenapa kalian peluk pelukan gini. Emang main tadi gak puas," ucap Andrian. Bian hanya menatap dengan acuhnya, rasanya saat ini Carissa sangat malu, bagaimana tidak kamar yang mereka gunakan tadi dia serbu oleh semua orang.     

"Bodoh ahh, bodoh," balas Bian.     

Mereka mulai mengobrol banyak hal, hingga akhirnya Yuni dan Ayu ikut menyusul mereka di ruang tamu. Ternyata anak anak mereka sudah tertidur dan masuk ke dalam kamar mereka masing masing.     

"Ryu tidur sama siapa tadi Yun?" tanya Carissa.     

"Ikut bunda mbak. Anak mbak Caca, ganteng banget." Mendengar pujian tersebut, membuat Carissa mengucapkan banyak terima kasih. Obrolan mereka pun berlanjut, mereka saling berbincang banyak hal.     

Mereka juga bermain true end dare, hingga larut malam setelah para pria banyak yang mendapatkan tantangan sampai Andrian dan Bian harus meminum jus pare, lalu Jodi jus jengkol dan Elang makan cabai rawit. Malam ini mereka semua begitu bahagia, lalu setelah itu mereka masuk ke dalam kamar masing masing.     

Sebelum pergi ke dalam kamarnya, Carissa dan Bian masuk ke dalam kamar Melody dan Gina yang sudah tertidur sambil berpelukan, keduanya terlihat dengan jelas saling mencintai. Setelah itu, Bian dan Carissa kembali masuk ke dalam kamar mereka. Namun, keduanya tidak langsung tidur Bian mengajak istrinya untuk berdiri di balkon kamar tersebut.     

Bian memeluk Carissa dari belakang, langit malam ini begitu indah, banyak bintang di langit menghiasi setiap hal yang terjadi. Keduanya saling bercerita mengingat banyak kenangan yang terindah, kenangan yang begitu dalam.     

"Terima kasih sudah berada di samping aku hampir tiga belas tahun ini sayang," ucap Bian.     

"Sama sama Mas. Perjalanan kita masih panjang, kita harus mengantarkan Kakak Melody, Abang Ryu, dan adik Gina ke gerbang kehidupan sesungguhnya."     

Keduanya saling berpelukan angin malam ini juga tidak begitu terasa, karena keduanya saling memberikan kehangatan.     

_Ending_     

###     

Terima kasih buat yang sudah mengikuti kisah Carissa dan Bian. Kehidupan mereka sampai disini, sampai bertemu besok di kisah selanjutnya. Selamat membaca dan sehat terus buat kalian semua. Love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.